Rahasia Dibalik Kecanduan Manusia Pada Agama Skip to main content

Rahasia Dibalik Kecanduan Manusia Pada Agama


"Ada ribuan agama berbeda di dunia. Dan setiap orang percaya bahwa agama mereka benar dan kepercayaan orang lain salah." Tidak mungkin menggunakan kekuatan akal dalam debat tentang agama.

Begitu kepercayaan tertanam dalam jiwa manusia khususnya selama masa kanak-kanak -- hal ini akan sangat sulit untuk dihilangkan. Dan sistem kepercayaan agama memuaskan kebutuhan psikologis yang kuat, yang sulit dipenuhi dengan cara lain.

Ada bukti menunjukkan bahwa manusia sebelumnya dan banyak masyarakat adat di dunia tidak beragama.

Sebagian besar kelompok pribumi -- setidaknya sebelum penjajahan dan penaklukan -- tidak memiliki konsep dewa yang memiliki campur tangan dalam urusan manusia. Sebaliknya, kelompok-kelompok pribumi cenderung animistis atau panteistik. Mereka membayangkan kekuatan spiritual impersonal yang meliputi semua hal, contohnya adalah konsep 'Roh' atau 'Misteri' yang dipahami oleh beberapa kelompok penduduk asli Amerika. Pada saat yang sama, mereka biasanya percaya pada "roh" individu yang dianggap sebagai kekuatan, bukan sebagai makhluk pribadi yang mendiami dunia di sekitar mereka.

Agama seperti yang kita tahu kemungkinan terkait dengan pengembangan pertanian, dan peradaban. Dari masyarakat politeistik seperti Sumer kuno, Yunani atau Roma, hingga kelompok monoteistik seperti Sumeria dan Mesir kuno.

Mengapa agama muncul? Beberapa psikolog evolusi berpendapat bahwa agama 'dipilih' sebagai ciri evolusi karena memiliki nilai bertahan yang menciptakan kohesi sosial dan identitas kelompok. Namun, fakta bahwa kelompok manusia sebelumnya tidak memiliki agama merongrong argumen tersebut.

Teori lain adalah bahwa agama diperlukan karena fungsinya yang jelas. Dengan tidak adanya pemahaman ilmiah, agama menawarkan cara untuk menjelaskan cara kerja alam dan peristiwa acak kehidupan manusia. Tidak mungkin menjelaskan bagaimana dunia terbentuk, atau bagaimana makhluk hidup berevolusi. Jadi penting untuk percaya bahwa Tuhan menciptakan segalanya.



Sejumlah ateis meramalkan tentang akhir dari agama. Mereka percaya bahwa setelah sains menawarkan lebih banyak penjelasan rasional tentang dunia, agama tidak lagi diperlukan. Tapi pandangan ini naif.

Alasan mengapa agama dianggap penting di beberapa bagian dunia adalah karena ia memiliki fungsi psikologis yang penting. Kebutuhan akan agama adalah hasil dari apa yang disebut sebagai 'isolasi ego.' Ini adalah perasaan keterpisahan dari dunia dan manusia lainnya. Perasaan menjadi entitas yang tertutup dalam ruang mental dengan dunia di sisi lain.

Isolasi-Ego (atau ego-separateness) adalah bagian yang normal dari pengalaman hidup sebagai manusia, tetapi ada banyak bukti menunjukkan bahwa manusia purba dan banyak kelompok pribumi di dunia tidak mengalami hal ini. Inilah alasan mengapa mereka tidak memiliki agama, karena secara psikologis, mereka tidak membutuhkannya.

Konsep Tuhan sebagai entitas antropomorfis yang mengawasi dunia dan mengendalikan peristiwa-peristiwa kehidupan, meyakinkan kita bahwa kita tidak pernah benar-benar sendirian. Konsep Tuhan memberikan rasa persekutuan yang nyaman, yang membantu meringankan rasa keterasingan.

Konsep akhirat juga merupakan bagian penting dari daya tarik agama. Masyarakat adat juga memiliki kepercayaan pada kehidupan setelah kematian, tetapi mereka umumnya tidak menganggap akhirat sebagai surga, di mana setiap kebutuhan akan terpenuhi dan mereka akan ada dalam keadaan bahagia untuk selamanya.

Banyak orang percaya bahwa di dunia selanjutnya mereka akan hidup dengan cara yang sama seperti dalam kehidupan ini, hanya saja bedanya mereka menjadi roh. Yang lain memiliki konsepsi yang lebih spiritual, yang menganggap kematian adalah waktu ketika roh pribadi manusia bergabung kembali dengan dunia Roh secara keseluruhan, atau ketika roh kembali ke rahim Bumi.

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/out-the-darkness/201906/beyond-religion

Comments

Popular posts from this blog

Ordo St. Lazarus, Misteri Para Ksatria Dengan Penyakit Kusta

Dokumen-dokumen abad pertengahan menyebutnya sama dengan Knights Templar yang terkenal, Knights Hospitaller yang kuat (atau Knights of St John), dan Knights Teutonic yang brutal. Sementara ketiganya masih menjadi subjek penelitian tanpa akhir, legenda dan budaya pop menata ulang penggunaan lambang salib hijau Ksatria St Lazarus dalam sejarah perang suci. Sebenarnya ada enam orang kudus Katolik Roma yang dikenal yang disebut Lazarus, dan tidak jelas yang mana yang dihormati. Dua yang paling mungkin adalah Lazarus dari Betany dan pengemis Lazarus yang ditolak oleh orang kaya, tetapi menemukan tempatnya di surga. Lazarus pengemis diyakini oleh para sarjana menderita kusta, dan kedua tokoh ini telah tergabung dalam imajinasi Abad Pertengahan sebagai hasil dari citra mengerikan dari penderita kusta. Singkatnya, satu orang dibangkitkan dari kematian, dan yang lainnya diangkat ke surga dari keadaan mati. Kusta adalah infeksi bakteri kronis yang mempengaruhi saraf ekstremitas, kuli...

5 Dongeng Disney yang Diambil Dari Kisah Nyata

Banyak dari kita tumbuh dengan menonton film-film Disney dan kisah tentang para putri, peri dan ratu jahat yang menjadi bagian dari zeitgeist modern. Beberapa film asli dari Disney terinspirasi oleh cerita rakyat kuno - seperti putri Salju, Cinderella, dan Putri Duyung semuanya terinspirasi oleh dongeng Eropa. Tetapi tidak semuanya adalah dongeng, beberapa cerita didasarkan pada kisah nyata. Kisah-kisah itu mungkin telah diperindah,  atau diberi sentuhan lebih banyak oleh Disney Baca juga : ChiloĆ© Pulau Paling Misterius Di Chili Pocahontas Film Disney yang paling terkenal berdasarkan sejarah nyata adalah film Pocahontas 1995 - sebuah roman musikal yang berfokus pada hubungan antara puteri Powhatan Pocahontas dan pemukim Inggris John Smith. Film ini berkisah tentang ketegangan antara penduduk asli Amerika dan Inggris yang  mencoba mengambil tanah penduduk setempat, tetapi berakhir dengan Pocahontas menyelamatkan nyawa Smith yang memfasilitasi gencatan senj...

Frank Abagnale, Penipu Jenius Yang Sukses Kelabui FBI

Bagian dari kehidupan Frank Abagnale yang luar biasa digambarkan dalam film Catch Me If You Can, yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio. Baik film dan drama Broadway pada 2011 didasarkan pada memoar Abagnale sendiri dengan judul yang sama, ditulis pada 1980. Dilahirkan pada 27 April 1948, Frank Abagnale Jr dibesarkan di New York bagian utara. Orang tua Abagnale bercerai sejak dini. Hidup dengan ayahnya membuat Abagnale mulai mengutil di usia belasan tahun. Ayahnya mengizinkannya menggunakan kartu kredit, membuat Abagnale memiliki kesempatan mengutil uang dan mengambil keuntungan dari kartu ayahnya. Dia akan membeli barang-barang, dan kemudian mendapatkan bagian dari penjualan kembali dengan uang tunai. Ia berbagi sebagian uang dengan para pegawai yang melakukan transaksi. Penipuan itu berhasil sampai ayah Abagnale mendapatkan tagihan kartu kredit dalam jumlah besar. Tidak lama setelah ditangkap dan dikirim ke sekolah untuk anak-anak nakal, Abagnale melarikan diri dari rumah p...