Menurut Kitab Suci, Ratu Sheba melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk mengadakan pertemuan dengan Raja Salomo.
Kedatangannya ditemani oleh banyak pelayan. Dia juga membawa sejumlah besar batu permata, emas, dan rempah-rempah ke kerajaan Israel.
Dia datang ke Yerusalem untuk bertemu Salomo, yang kebijaksanaan dan ketenarannya begitu terkenal.
Menurut buku Ethiopia abad ke-14, Kebra Nagast (Kemuliaan Para Raja), Ratu Sheba adalah seorang ratu Ethiopia kuno dengan nama Makeda, meski nama aslinya masih diperdebatkan hingga kini.
Dia tinggal di kota Aksum, reruntuhan yang dilindungi UNESCO yang saat ini terletak di dekat perbatasan utara Ethiopia.
Makeda menghabiskan beberapa bulan di Yerusalem, dan sebelum kepulangannya, Salomo mengundangnya untuk tidur di tempat tidurnya.
Makeda menyanggupi, tetapi dengan syarat Salomo tidak akan melakukan hubungan intim dengannya. Salomo setuju, dan mengajukan syarat bahwa Makeda tidak boleh mengambil apa pun dalam kamar itu tanpa izin Salomo.
Salomo kemudian meminta para pelayannya untuk menyiapkan hidangan yang sangat asin dan pedas, yang diletakkan di samping tempat tidur Makeda.
Ketika sang ratu bangun untuk makan dan minum air dari mangkuk pada malam hari, Salomo memasuki kamarnya dan terkejut bahwa airnya telah diambil tanpa izin.
Seperti yang dikatakan tradisi Ethiopia, anak Sheba dan Solomon adalah Kaisar Menelik I, pendiri dinasti Solomonid.
Menelik, juga melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk menemui ayahnya, disebutkan jika di sana ia mendapatkan Tabut Perjanjian dan membawanya ke Ethiopia, entah sebagai sumbangan atau sebagai barang curian.
Sampai saat ini, banyak orang Ethiopia menganggap bahwa artefak alkitabiah itu dapat ditemukan di dalam Kapel yang berada di sebelah Gereja Maryam Tsion di Aksum.
Replika Tabut dapat ditemukan di gereja-gereja lain di negara itu juga.
Kebra Nagast tetap menjadi salah satu teks paling otentik dan penting bagi Gereja Ortodoks Ethiopia.
Meskipun demikian, banyak sarjana kontemporer yakin bahwa Ratu Sheba, pada kenyataannya, adalah seorang ratu asal Yaman, yang tinggal persis di seberang Laut Merah di semenanjung Arab, sesuai penafsiran Alquran dari cerita tersebut.
Aspek penting mengapa Ratu Sheba dianggap berasal dari Yaman adalah namanya.
Kira-kira pada waktu Raja Salomo memerintah, yaitu sekitar tahun 970 hingga 931 SM, wilayah Ethiopia dan Yaman kuno berada di bawah kekuasaan satu dinasti yang kemungkinan berada di Yaman.
Kerajaan kuno ini disebut Saba dan banyak sejarawan menafsirkan Saba sebagai Sheba. Al-Quran menyebutkan nama Bilqīs sebagai ratu kerajaan.
Dalam Al-Quran diceritakan bahwa Ratu Bilqis dan rakyatnya menghormati dewa matahari, karena itulah Raja Salomo mengundang ratu Bilqis untuk datang ke Yerusalem.
Bilqis memulai perjalanan untuk bertemu dengan Salomo. Ia dengan cepat terkesan oleh raja Salomo dan tidak lagi melihatnya sebagai ancaman. Bahkan, dia mengadopsi agamanya.
Dalam varian cerita ini, dua karakter itu tidak intim sama sekali.
Sementara itu kemungkinan bahwa Ratu atau siapa pun dia sebenarnya, mungkin berkuasa Etiopia dan Yaman, dan sangat mungkin bahwa dia dilahirkan di kedua tempat itu.
Penulis perjalanan National Geographic Stanley Steward dengan indah mencatat bahwa: “Ratu Sheba adalah Greta Garbo dari zaman kuno.
Comments
Post a Comment