Henry Cotton, Dokter Gila Yang Cabuti Gigi Dan Organ Pasiennya Skip to main content

Henry Cotton, Dokter Gila Yang Cabuti Gigi Dan Organ Pasiennya


Henry Cotton adalah direktur medis dan pengawas Rumah Sakit Jiwa Trenton, yang bertempat di New Jersey.

Sebelum kembali ke AS untuk menerima posisi sebagai direktur medis pada usia yang terbilang muda, yakni 30 tahun. Cotton belajar psikiatri di Eropa di bawah pengawasan dua tokoh legendaris, Emil Kraepelin dan Alois Alzheimer. Cotton juga belajar pada Dr. Adolf Meyer dari Fakultas Kedokteran Johns Hopkins.

Semua gurunya adalah pilar utama dalam bidang psikiatri, terutama Meyer yang merupakan yang pertama mengakui bahwa masalah kejiwaan adalah masalah kepribadian manusia dan bukan masalah otak.

Meyer juga mengakui bahwa aktivitas dan kesehatan mental seseorang terhubung, dan ia menganjurkan terapi, layanan masyarakat dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari seseorang, lingkungan, dan kebiasaan sebagai bagian dari perawatan.

Terlepas dari ajaran revolusionernya yang  begitu solid, Meyer juga memiliki gagasan bahwa penyakit mental disebabkan oleh infeksi bakteri, berdasarkan pengamatan bahwa pasien dengan demam tinggi sering mengalami delusi dan halusinasi.

Baca Juga :
Jembatan Overtoun, Tempat Bunuh Diri Ratusan Anjing


Henry Cotton terpikat pada gagasan bahwa kuman adalah akar dari semua penyakit mental. Pada tahun 1913, ketika laporan mengkonfirmasi bahwa bakteri menyebabkan sifilis dan lesi otak yang menyebabkan gejala kejiwaan dan demensia, dalam kasus yang paling parah, Cotton makin meyakini gagasannya.

Cotton menerapkam teorinya pada para tahanan di Rumah Sakit Trenton. Pada saat itu, penemuan penisilin masih satu dekade lagi, dan satu-satunya cara untuk menghilangkan infeksi adalah dengan pembedahan dan mengeluarkan organ yang terinfeksi.

Cotton pun memutilasi gigi para pasiennya lebih dulu. Ia beralasan, mulut adalah tempat yang paling berkuman. 

Ia mulai dengan mencabut gigi yang terinfeksi, gigi berlubang dan abses. Dia bahkan mencabut giginya sendiri, juga gigi istri dan kedua putranya, sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari risiko infeksi.

Ketika mencabut gigi tidak menyembuhkan pasiennya, ia melakukan upaya lain dengan menghilangkan amandel dan sinus mereka. Jika  belum berhasil, organ lain yang  dicurigai mengandung infeksi akan diangkat, seperti  limpa, usus besar, testis, ovarium, kantong empedu, dan organ lainnya.

Dari setiap tiga pasien yang dioperasi Cotton, satu meninggal. Cotton menghubungkan kematian dengan kondisi fisik pasien yang buruk karena psikosis kronis.

Di antara mereka yang selamat, Cotton mengklaim tingkat keberhasilan hinga 85 persen, sebuah statistik yang membuatnya mendapatkan banyak pujian dari komunitas ilmiah.

Banyak pria dan wanita kaya yang menderita penyakit mental berbondong-bondong ke Rumah Sakit Trenton untuk mencari obat. Namun, banyak dari mereka yang terpaksa diseret, dan ditendang ke meja operasi.

Sementara itu, di Fakultas Kedokteran Johns Hopkins, Dr. Adolf Meyer yang baru  bergabung sebagai staf, melakukan penelitian untuk mengevaluasi pekerjaan Cotton di Trenton dengan harapan mendapatkan laporan yang bagus tentang pekerjaan mantan muridnya.

Dalam laporannya ditemukan keanehan dari penampilan para pasien psikotik.  Semua wajah mereka cekung dan ucapan mereka tidak jelas, karena tidak ada yang memiliki gigi di mulut mereka. Catatan rumah sakit kacau-balau dan angka-angka yang sering digunakan Cotton menjadi contoh metodenya tidak cukup masuk akal.

Sangat sedikit pasien yang benar-benar pulih, dan secara signifikan lebih banyak pasien meninggal.

Sayangnya,  ketika Adolf Meyer membaca laporan yang itu, ia menyebutnya skandal, dan menolak untuk mempublikasikan temuannya.

Cotton pensiun dari rumah sakit jiwa dan membuka rumah sakit sendiri di Trenton. Di sana ia terus membantai pasiennya.

Pada saat ia meninggal karena serangan jantung mendadak 8 Mei 1933, ia telah membunuh ratusan orang.

Meyer menulis obituari yang bagus tentang Cotton, meskipun ia tahu bahwa Cotton bertanggung jawab atas kematian sejumlah pasien yang tak terhitung jumlahnya. Putra Cotton sendiri adalah korban. Kedua putranya bunuh diri di usia paruh baya.

Sumber :
https://www.amusingplanet.com/2019/01/henry-cotton-psychiatrist-who-tried-to.html?m=1

Comments

Popular posts from this blog

Ordo St. Lazarus, Misteri Para Ksatria Dengan Penyakit Kusta

Dokumen-dokumen abad pertengahan menyebutnya sama dengan Knights Templar yang terkenal, Knights Hospitaller yang kuat (atau Knights of St John), dan Knights Teutonic yang brutal. Sementara ketiganya masih menjadi subjek penelitian tanpa akhir, legenda dan budaya pop menata ulang penggunaan lambang salib hijau Ksatria St Lazarus dalam sejarah perang suci. Sebenarnya ada enam orang kudus Katolik Roma yang dikenal yang disebut Lazarus, dan tidak jelas yang mana yang dihormati. Dua yang paling mungkin adalah Lazarus dari Betany dan pengemis Lazarus yang ditolak oleh orang kaya, tetapi menemukan tempatnya di surga. Lazarus pengemis diyakini oleh para sarjana menderita kusta, dan kedua tokoh ini telah tergabung dalam imajinasi Abad Pertengahan sebagai hasil dari citra mengerikan dari penderita kusta. Singkatnya, satu orang dibangkitkan dari kematian, dan yang lainnya diangkat ke surga dari keadaan mati. Kusta adalah infeksi bakteri kronis yang mempengaruhi saraf ekstremitas, kuli...

5 Dongeng Disney yang Diambil Dari Kisah Nyata

Banyak dari kita tumbuh dengan menonton film-film Disney dan kisah tentang para putri, peri dan ratu jahat yang menjadi bagian dari zeitgeist modern. Beberapa film asli dari Disney terinspirasi oleh cerita rakyat kuno - seperti putri Salju, Cinderella, dan Putri Duyung semuanya terinspirasi oleh dongeng Eropa. Tetapi tidak semuanya adalah dongeng, beberapa cerita didasarkan pada kisah nyata. Kisah-kisah itu mungkin telah diperindah,  atau diberi sentuhan lebih banyak oleh Disney Baca juga : ChiloĆ© Pulau Paling Misterius Di Chili Pocahontas Film Disney yang paling terkenal berdasarkan sejarah nyata adalah film Pocahontas 1995 - sebuah roman musikal yang berfokus pada hubungan antara puteri Powhatan Pocahontas dan pemukim Inggris John Smith. Film ini berkisah tentang ketegangan antara penduduk asli Amerika dan Inggris yang  mencoba mengambil tanah penduduk setempat, tetapi berakhir dengan Pocahontas menyelamatkan nyawa Smith yang memfasilitasi gencatan senj...

Frank Abagnale, Penipu Jenius Yang Sukses Kelabui FBI

Bagian dari kehidupan Frank Abagnale yang luar biasa digambarkan dalam film Catch Me If You Can, yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio. Baik film dan drama Broadway pada 2011 didasarkan pada memoar Abagnale sendiri dengan judul yang sama, ditulis pada 1980. Dilahirkan pada 27 April 1948, Frank Abagnale Jr dibesarkan di New York bagian utara. Orang tua Abagnale bercerai sejak dini. Hidup dengan ayahnya membuat Abagnale mulai mengutil di usia belasan tahun. Ayahnya mengizinkannya menggunakan kartu kredit, membuat Abagnale memiliki kesempatan mengutil uang dan mengambil keuntungan dari kartu ayahnya. Dia akan membeli barang-barang, dan kemudian mendapatkan bagian dari penjualan kembali dengan uang tunai. Ia berbagi sebagian uang dengan para pegawai yang melakukan transaksi. Penipuan itu berhasil sampai ayah Abagnale mendapatkan tagihan kartu kredit dalam jumlah besar. Tidak lama setelah ditangkap dan dikirim ke sekolah untuk anak-anak nakal, Abagnale melarikan diri dari rumah p...