Kerudung pengantin adalah salah satu elemen yang paling dikenal dari ansambel pengantin tradisional Barat, yang dianggap berasal dari zaman Romawi.
Di masa lalu, diyakini bahwa cadar pengantin memiliki kekuatan apotropaic dan digunakan terutama untuk mengusir roh-roh jahat.
Kerudung juga memiliki fungsi penting lainnya. Meskipun kerudung masih digunakan dalam pernikahan hari ini, sebagian besar dianggap menjadi aksesori belaka, karena fungsinya sebagian besar telah dilupakan atau diabaikan.
Secara umum dipercaya bahwa cadar pengantin digunakan sejak zaman Romawi. Selama masa ini, diyakini bahwa pengantin wanita sangat rentan terhadap pengaruh roh jahat pada hari pernikahannya. Karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menangkal makhluk jahat ini - salah satunya adalah menata rambut pengantin wanita dengan titik tombak. Tradisi ini tidak bertahan hingga hari ini, tapi penggunaan kerudung masih dilakukan.
Kerudung pengantin wanita Romawi dikenal sebagai flammeum, yang berdasarkan kata itu sendiri, diyakini seperti warna api. Warna kerudung dimaksudkan untuk melambangkan niat pasangan untuk tetap bersama selama sisa hidup mereka. Selain itu, flammeum juga digunakan menutupi pengantin wanita dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang dimaksudkan untuk membuatnya terlihat seperti sedang terbakar, sehingga memberikan kekuatan apotropaic.
Alternatif lain menyatakan jika kerudung dibuat sesuai dengan tinggi pengantin wanita, sehingga dapat digunakan kembali sebagai kafan penguburannya.
Nilai simbol dari kerudung pengantin juga terlihat dalam tradisi pernikahan lainnya. Dalam tradisi Yahudi, misalnya, mempelai laki-laki yang meletakkan kerudung di atas kepala calon istrinya, dan ini dimaksudkan untuk melambangkan janji yang dibuatnya untuk menikahinya demi kecantikan batinnya.
Dalam agama Kristen, kerudung melambangkan kesederhanaan dan kemurnian pengantin wanita, serta penghormatannya terhadap Tuhan.
Dalam upacara pernikahan tradisional Tiongkok, kerudung, yang berwarna merah, dipakai sebagai simbol keberuntungan selain kemampuannya mengusir arwah berbahaya.
Popularitas kerudung pengantin menurun untuk beberapa waktu di masa lalu tetapi mengalami kebangkitan selama periode Victoria. Itu terjadi berkat pernikahan Ratu Victoria yang membuat aksesori ini menjadi populer sekali lagi.
Selama periode Victoria, kerudung pengantin menjadi simbol status. Panjang, kualitas, dan berat kerudung pengantin ditentukan berdasarkan status sosial pemakainya. Misalnya, kerudung terpanjang dikenakan oleh pengantin kerajaan.
Comments
Post a Comment