Pada abad ke-15 dan ke-16, Istana Topkapi, Istanbul adalah tempat tinggal utama sultan. Sekarang tempat ini menjadi museum dan tempat wisata yang populer.
Di jantung kamar sultan sendiri adalah harem. Harem berasal dari kata Arab 'haram', yang berarti tempat yang sakral atau terlindungi, berbeda dengan haram yang dilafalkan "haram" dengan bunyi ‘a’ yang lebih panjang, yang artinya dilarang.
Harem mengacu pada area rumah sultan yang menjadi milik para wanita. Ini adalah tempat yang disegel yang hanya dapat diakses oleh mereka yang tahu rute. Harem juga tempat tinggal untuk ibu sultan, istri-istrinya, saudara perempuannya, putrinya, para pelayan perempuan, dan budak.
Sebagian besar rumah-rumah Muslim di Kekaisaran Ottoman memiliki harem, sebuah ruangan tunggal, tempat di mana wanita dalam sebuah keluarga memiliki ruangan mereka sendiri.
Harem dirancang sesuai dengan hukum Syariah, yang mengatur bahwa di depan umum perempuan harus diawasi dengan ketat oleh laki-laki dan tetap berjilbab. Namun, di harem, mereka bebas melakukan apa saja yang mereka sukai hanya dengan ditemani wanita. Bagi sebagian besar wanita, harem berfungsi sebagai rumah di dalam rumah tangga, dan mereka sama sekali tidak memiliki kontak dengan sultan. Wanita bangsawan melakukan hal-hal yang mereka sukai, dan pelayan mereka melayani mereka.
Kepala harem adalah ibu sultan, yang memegang gelar sultan Valide. Di dalam harem para wanita dididik untuk menjadi istri untuk para bujangan di istana sultan. Anak perempuan sultan adalah bidak catur yang berguna dalam merayu sekutu-sekutu politik.
Mitos populer menyebut jika Sultan Ottoman menyimpan kelompok besar selir di harem Istana Topkapi. Sultan diizinkan untuk tidur dengan salah satu dari pelayan perempuan dan budak yang ia sukai, tetapi hanya selir yang biasanya melayani sultan.
Seorang Muslim tidak bisa dijual sebagai budak, sehingga peran selir diisi oleh gadis-gadis Kristen yang diambil dari Kaukus, Suriah atau Afrika, dan diberi nama-nama Persia yang eksotis untuk menjadikan mereka layak mendapat perhatian seorang kaisar.
Mereka berada di bawah pengawasan ketat para kasim. Selir diharapkan melayani semua kesenangan sultan, termasuk membaca puisi, atau bermain musik, tetapi peran utama mereka adalah di tempat tidur dan untuk memberi sultan pewaris laki-laki.
Anak-anak dibesarkan di harem bersama ibu mereka, yang mungkin diberi imbalan atas jasa mereka dengan menjadi salah satu dari empat istri sultan yang diizinkan menurut hukum Islam.
Dengan banyak istri dan selir yang menghasilkan anak-anak dalam jumlah besar, dan potensi klaim atas takhta (anak laki-laki tetap berada di harem sampai masa pubertas). Kehancuran seorang sultan umumnya akan berakhir buruk bagi keluarga besar ini. Dimulai dengan Sultan Mehmed II, yang menyingkirkan saudara-saudaranya. Diperkirakan bahwa total 78 pangeran Ottoman dihabisi dengan cara dicekik dengan sapu tangan di leher mereka.
Di tahun 1603, ada solusi yang lebih manusiawi dan lebih disukai dilakukan, di mana saingan potensial dipenjara di harem sejak kecil, yang disebut sebagai kafes. Kafes, atau 'kandang pangeran', di Istana Topkapi adalah apartemen kecil yang terputus dari dunia luar, di dalam harem yang terisolasi. Pendidikan pangeran yang dikurung akan dirampas, sehingga mereka tidak memenuhi syarat untuk memerintah. Mereka dibebaskan begitu mereka mencapai masa puber.
Dengan desas-desus mengenai istana, tak heran para pelancong Eropa terdorong untuk menerbitkan laporan yang berlebihan dan memalukan tentang kejadian di dalamnya.
Dengan sedikit lelaki yang memiliki akses ke harem yang misterius dan tertutup, sebagian besar dapat menciptakan dunia eksotis tanpa takut akan kontradiksi.
Comments
Post a Comment